Pasir Laut dan Air Laut

Penggunaan beton sebagai bahan bangunan meningkat dengan penemuan beton padat pada abad ke-19. Arsitek Kekaisaran Romawi memulai teknik konstruksi yang dikenal sebagai opus caementicum. Opus caementicum, sering dikenal sebagai beton Romawi, adalah metode bahan dan konstruksi yang melibatkan ekstraksi komponen komposit menjadi bentuk. Semen Pozzolana adalah bentuk semen hidrolik yang ditemukan selama era Romawi. Semen hidrolik ini dibuat dengan mencampur limau dengan api vulkanik (Pozzolana) berasal dari pulau Pozzuoli di Naples, Italia. Letusan gunung berapi, yang sering disebut sebagai pozzolana, mengandung sejumlah besar silika alami (SiO2) dan alumina (Al2O3), yang meningkatkan daya tahan struktur beton.

Pasir berfungsi sebagai agregat halus dalam pembentuk-an awal beton. Sebaliknya, ia menggunakan batu-batu kecil yang dikenal sebagai agregat kasar yang merupakan campuran batu kecil. Kemajuan dalam teknologi beton secara kompleks terkait dengan pengakuan semen Portland. Josep Apsdin, seorang arsitek, merancang resep untuk semen Portland dan memperoleh paten untuk itu pada tahun 1824. Akibatnya, semen Portland diproduksi dalam skala besar dan menjalani pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan kapasitas-nya. Selama periode saat ini, beton ada dalam berbagai bentuk, termasuk beton campuran, pre-cast, diperkuat, pretressed, beton ringan, dan beton polimer. Beton adalah salah satu bahan yang paling penting di bidang konstruksi dan telah menjadi bahan baku yang diperlukan untuk menciptakan kekuatan struktural dan membuatnya lebih tahan lama. Menurut para ahli, ini adalah konsep beton: Menurut Asroni, beton adalah bahan yang dibuat dengan mengeraskan campuran air, semen, partikel halus, dan bahan baku. Kadang-kadang, dalam proses pembuatan beton, admixture juga ditambahkan untuk meningkatkan kualitasnya. Menurut McCormac, beton adalah campuran pasir, rumput, batu pecah, atau agregat lainnya yang dikombinasikan bersama dengan pasta yang terbuat dari air dan semen.